Masalah Gizi pada Remaja
Masalah gizi yang terjadi pada usia remaja diantaranya adalah stunting, kekurangan energi kronis (KEK), obesitas, dan anemia. Menurut Riskesdas, 2013 menunjukkan bahwa anak yang berusia > 10 tahun memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku konsumsi pangan dan penerapan hidup sehat yang belum sesuai dengan pedoman gizi seimbang. Pengetahuan merupakan tahap awal dalam perubahan sikap dan perilaku. Berbagai masalah gizi dan kesehatan terjadi karena kurangnya pengetahuan mengenai gizi seimbang.
Beberapa Penjelasan Masalah Gizi Pada Remaja
1. Stunting
Stunting adalah terlambatnya proses pertumbuhan dimana tinggi badan tidak sesuai dengan usia anak. Stunting merupakan masalah gizi yang disebabkan karena kurangnya zat gizi yang kronis. Gizi kronis terjadi karena kurangnya asupan zat gizi yang terjadi dalam jangka waktu yang lama karena pemberian makan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizinya. Terjadinya stunting dapat dimulai sejak janin dan akan terlihat setelah berusia dua tahun. Status gizi pada stunting berdasarkan pengukuran antropometri pada index BB/U atau TB/U dengan nilai ambang batas z-score < -2 SD sampai -3 SD (pendek), <-3 SD (sangat pendek) (Trihono dkk, 2015).
2. Obesitas
Obesitas adalah kondisi dimana berat badan melebihi batas normal. Obesitas terjadi karena adanya penimbunan lemak dalam tubuh secara berlebihan. Obesitas terjadi apabila jumlah sel lemak dalam tubuh terus bertambah yang dapat berpengaruh pada perkembangan penyakit dalam tubuh. Keadaan ini dapat meningkatkan penyakit kardiovaskuler yang erat kaitannya dengan sindrom metabolik (Sudoyo dkk, 2009).
3. Anemia
Anemia merupakan keadaan yang terjadi apabila jumlah sel darah merah tidak dapat mencukupi kebutuhan fisiologi tubuh. Pada anemia keadaan tubuh sudah tidak..mendapatkan suplai eritrosit atau hemoglobin yang cukup. Hemoglobin dalam tubuh berperan membawa oksigen ke seluruh jaringan dalam tubuh. Kekuranga sel darah merah dapat menyebabkan terhambatnya pengangkutan oksigen. Pada umumnya anemia terjadi..pada wanita apabila jumlah hemoglobin kurang dari 12.0 gram/100ml dan pada pria anemia jumlah hemoglobin kurang dari 13,5 gram/100ml (WHO, 2011).
Anemia terjadi apabila kondisi sel-sel darah merah mengalami penurunan dalam sirkulasi darah atau kadar hemoglobin yang berada di bawah batas normal. Anemia umumnya disebabkan oleh beberapa faktor seperti kekurangan zat besi, kekurangan vitamin C, vitamin A, kekurangan asam folat dan vitamin B12. Nilai ambang batas anemia pada remaja untuk usia 5-11 tahun yaitu kurang dari 11,5 gram/100ml dan usia 12-24 tahun yaitu kurang dari 12,0 gram/100ml (WHO, 2011).
Daftar Pustaka
- Trihono, Atmarita, DH, T., A, I., NH, U., & T, T. (2015). Pendek (Stunting) di Indonesia, Masalah dan Solusi. Lembaga Penerbit Balitbangkes.
- Sudoyo, A. W., Setyohadi, B., & Alwa, I. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam.
- WHO. (2011). Prevention of Iron Deficiency Anaemia in Adolescent: Role of Weekly Iron and Folic Acid Supplementation. Geneva: World Health Organization.
- Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.