Prevalensi Asupan Vitamin C
- Defisiensi vitamin C atau kekurangan vitamin C terjadi baik di dunia ataupun di Indonesia. Seperti penelitian tahun 2011 yang dilakukan pada kelompok dewasa Brazil berdasarkan Brazilian National Dietary Survey (NDS), sebanyak 45% laki-laki dan sekitar 37% perempuan mengkonsumsi vitamin C kurang dari kebutuhan .
- India Utara kelompok perempuan berusia lebih dari 18 tahun, prevalensi asupan vitamin C tidak adekuat sebesar 20,7% (Malhotra & Passi, 2007).
- Di Indonesia sendiri, seperti pada penelitian yang dilakukan pada mahasiswa TPB-IPB tahun 2007 menunjukkan sebanyak 45,8 responden mengonsumsi vitamin C kurang dari kecukupan.
Fungsi Vitamin C
- Sebagai koenzim hidroklisasi prolin dan lisin dalam sintetis kolagen.
- Terlibat dalam hidroksilasi dopamin untuk noradrenalin dengan bertindak sebagai kofaktor untuk neuro-enzim yang mengandung tembaga.
- Membantu penyerapan zat Besi
- Sebagai kofaktor untuk aktivitas dioksigenase dalam biosintesis karnitin.
- Sebagai nonenzimatik agen pereduksi (antioksidan).
- Sistem imun tubuh
- Pada asupan tinggi, dapat melindungi dari penyakit kardiovaskuler, katarak ,kanker yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.
Dampak Defisiensi Vitamin C
- Menyebabkan penyakit kudis, penyakit yang disebabkan oleh kerusakan kolagen.
- Mengganggu integrasi dinding kapiler.
- Pendarahan gusi
- Hemoragik subkutan
- Anemia
- Kekurangan vitamin C dapat berkembang secara sekunder ( penyakit hati, kanker, gastrointestinal dan rematik)
Tanda Klinis Defisiensi Vitamin C
- Tanda yang muncul biasanya 3 bulan sejak kurangnya konsumsi vitamin c dalam tubuh. Pasien biasanya mengeluh rasa lemas dan nyeri pada kaki.
- Pada kulit ditemukan bintik merah dan rambut mudah sekali tercabut. Bintik kemudian dapat membesar.
- Di mulut, gusi bengkak dan kemerahan, kenyal jika diraba. Sedikit sentuhan dapat membuat gusi mudah berdarah. Seringkali juga disebabkan karena kebersihan mulut yang kurang dijaga.
- Perdarahan pada persendian dapat menimbulkan nyeri dan perasaan tidak nyaman. Persendian tampak merah, bengkak, dan nyeri bahkan dapat membuat kesulitan dalam berjalan.
- Anemia atau kurang darah terjadi pada 75% pasien scurvy karena hilangnya darah ke jaringan, gangguan penyerapan dari zat besi, serta perdarahan saluran cerna.
Biokimia Vitamin C
Tidak ada tes fungsional yang dapat diandalkan untuk mengukur status vitamin C. Sebagai gantinya dilakukan tes biokimia , khususnya pengukuran konsentrasi asam askorbat serum atau leukosit yang paling sering digunakan untuk menilai status vitamin C.
Tabel Pemeriksaan Vitamin C secara Biokimia
Cut Off Point Vitamin C
Nilai cut off point untuk konsentrasi serum askorbat atau plasma yang digunakan untuk mendefinisikan status vitamin C di dalam tubuh.
- Studi FLAIR Eropa menggunakan tingkat serum asam askorbat <17 umol/L untuk menunjukkan sebagian cadangan tubuh yang kekurangan vitamin (Maiani et al., 1993).
- NHANES II menggunakan rentang nilai dari 11,4 -22,8 umol/L untuk menunjukkan status vitamin C rendah, dan juga menentukan tingkat “normal” (22,8-56,8 umol / L), “kelebihan” (>56,8 umol/L).
Tabel Interpretasi dari serum dan leukosit asam askorbat (Jacob,1994 used by UHNES II)
Tanda Klinis Defisiensi Vitamin C
Scurvy adalah kondisi yang dikarakteristik dengan rasa lemas, kurang darah (anemia), radang gusi, dan perdarahan pada kulit yang disebabkan karena defisiensi vitamin C dari makanan. Vitamin C memainkan peranan penting dalam pembentukan kolagen, komponen terpenting dalma jaringan ikat, yang berguna menunjang fungsi-fungsi pembuluh darah maupun jaringan lainnya di dalam tubuh kita.
Daftar Pustaka
- Gibson R.S. 2005. Principles Of Nutritional Assesment. USA : Oxford University Press.
- Ravindran, Ravilla D, dkk. 2011. Prevalence and Risk Factors for Vitamin C Deficiency in North and South India: A Two Centre Population Based Study in People Aged 60 Years and Over. All India Institute of Medical Science. Vol.6(12).
- Loria, Catherine M, dkk. 1998. Agreement among Indicators of Vitamin C Status. American Journal of Epidemiology. Vol. 147(8).
- Langlois, Keilie, dkk. 2016. Vitamin C Status Of Canadian Health Adults : Findings From The 2012 Canadian Health Measure Survey. Canadia Health Measure Survey. Vol.27 (5): 3-10.