Laporan NCP Kasus Mendalam RSUD Margono

Halaman Depan Laporan NCP Kasus Mendalam

LAPORAN STUDI KASUS MENDALAM 

PELAYANAN GIZI KLINIK 

PADA PASIEN LYMPHOMA NON HODGKIN DI BANGSAL MAWAR 

RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

 

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Praktek Kerja Lapangan Pelayanan Gizi Klinik (PKL PGK) di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

Disusun Oleh :

Evi Febriyanti

J 310 160 108

PROGRAM STUDI ILMU GIZI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2020

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker merupakan kelompok penyakit dengan karakteristik pertumbuhan sel yang tidak terkontrol dan penyebaran sel yang tidak normal. Kanker disebabkan karena dua faktor yaitu eksternal (merokok, bahan kimia, radiasi, dan  infeksi) dan fakor internal (mutasi gen, hormon, kondisi imun dan mutasi yang terjadi pada metabolisme) (American Cancer Socienty, 2008).

Salah satu jenis kanker yang ditemukan di dunia berasal dari hematologi yaitu Limfoma maligna dan Leukemia. Dibandingkan dengan angka kejadian leukemia, limfoma maligna memiliki angka kejadian yang lebih banyak (American Cancer Socienty, 2008). Limfoma maligna merupakan kelompok keganasan yang heterogen. Limfoma maligna terjadi akibat terdapat perubahan keganasan pada jaringan limfoid bersifat lokal meskipun terkadang dapat menyebar secara sistemik Limfoma maligna dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu penyakit Limfoma Hodgkin dan Limfoma Non Hodgkin (LNH).

Berdasar American Cancer Society (2013) Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan kanker yang prosesnya dimulai pada sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem imun. Menurut Reksodiputro (2008) LNH adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat bersal dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer) yang berada dalam sistem limfe. Keganasan ini bersifat sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan,maupun prognosis. Sel limfosit akan berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel NHL berasal dari satusel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien NHL sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya.

Menurut Global Cancer Observatory (GLOBUCAN), 2018 di Indonesia sebanyak 35.490 orang didiagnosis limfoma dalam lima tahun terakhir dan 7.565 orang meninggal dunia. Pada tahun 2018, kasus baru non-hodgkin limfoma mencapai 14.164 orang dan memiliki prevalensi 4,57 persen. Saat ini, non-hodgkin limfoma menempati peringkat ke-7 penyakit kanker di Indonesia, di bawah kanker payudara, serviks, paru-paru, usus, prostat, ovarium, hati, dan nasofaring. Angka kematian yang cukup tinggi ini karena lambatnya deteksi sehingga penanganannya sudah pada stadium lanjut.

Negara dengan penghasilan rendah lambat untuk mendeteksi kanker karena kurangnya akses ke pelayanan kesehatan dan fasilitas diagnostik yang kurang memadai. Keefektivitasan pengobatan kanker dapat terhambat karena lambatnya diagnosis kanker, kurangnya fasilitas kesehatan, serta komplikasi yang diderita tersebut (Pusat Data Dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, 2015).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dilakukan tatalaksana asuhan gizi untuk mengontrol asupan makan pasien dan mengurangi dampak yang disebabkan oleh Limfoma Non Hodgkin (LNH).

B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Dapat melaksanakan managemen asuhan gizi klinik pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr.  Margono Soekarjo Purwokerto.

2. Tujuan Khusus

  • Mampu melakukan skrining gizi pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • Mampu melakukan assessment gizi pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • Mampu membuat perencanaan dan intervensi gizi pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • Mampu melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • Mampu melakukan konseling gizi pada pasien pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto

C. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan studi kasus berlangsung selama 3 hari yaitu pada tanggal 10 Januari sampai dengan  13 Januari 2020 yang dilaksanakan di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.

D. Jenis Data cara Pengambilan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan meliputi data hasil skrining pasien, antropometri, riwayat makan serta data asupan makan pasien.

b. Data Sekunder

Data sekunder yang dikumpulkan meliputi data pemeriksaan fisik dan klinik, pemeriksaan biokimia, pemeriksaan penunjang, serta terapi medis.

2.Cara Pengumpulan Data

a. Data Primer

Data primer didapatkan dengan melakukan wawancara serta melakukan pengukuran dengan alat bantu pita ukur.

b. Data Sekunder

Data sekunder didapatkan dengan melihat data status (Rekam Medik)  pasien.

E. Manfaat

1.Bagi Mahasiswa

  • Mahasiswa dapat mengaplikasikan secara langsung ilmu yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.
  • Mahasiswa dapat memahami penatalaksanaan diet pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
  • Mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan diet pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH) di Bangsal Mawar RSUD Prof. Dr.Margono Soekarjo Purwokerto.

2.Bagi Pasien dan Keluarga Pasien

  • Pasien dan keluarga pasien mendapatkan pengetahuan dalam pemberian makan yang cukup dan sesuai dengan kebutuhan pasien.
  • Pasien dan keluarga pasien mengetahui pemberian makan agar tidak memperparah kondisi penyakit pasien.

3.Bagi Instalasi Gizi RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo

  • Memberikan informasi bagi Instalasi Gizi Rumah Sakit mengenai penatalaksanaan diet pada pasien Limfoma Non Hodgkin (LNH).

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Penyakit

Limfoma Non-Hodgkin (LNH) adalah kelompok keganasan prirner limfosit yang dapat berasal dari limfosit B, limfosit T, dan sangat jarang berasal dari sel NK (“natural killer”) yang berada dalam sistem lirnfe; yang sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan, maupun prognosis. Limfoma non-Hodgkin (LNH) atau non-Hodgkin Lymphomas merupakan penyakit yang sangat heterogen dilihat dari segi patologi dan klinisnya. Penyebarannya juga tidak seteratur penyakit Hodgkin serta bentuk ekstra-nodal jauh lebih sering dijumpai (Setioyohadi, 2009).

Limfoma Non Hodgkin (LNH) merupakan kanker yang prosesnya dimulai pada sel yang disebut limfosit, yang merupakan bagian dari sistem imun. LNH adalah kelompok keganasan primer limfosit yang dapat bersal dari limfosit B, limfosit T dan kadang (amat jarang) berasal dari sel NK (natural killer) yang berada dalam sistem limfe. Keganasan ini bersifat sangat heterogen, baik tipe histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan,maupun prognosis. Sel limfosit akan berproliferasi secara tak terkendali yang mengakibatkan terbentuknya tumor. Seluruh sel NHL berasal dari satusel limfosit, sehingga semua sel dalam tumor pasien NHL sel B memiliki imunoglobulin yang sama pada permukaan selnya (Reksodiputro, 2008).

Limfoma Non Hodgkin (LNH), merupakan sekelompok keganasan (kanker) yang berasal dari sistem kelenjar getah bening dan biasanya menyebar keseluruh tubuh. LNH dapat tumbuh dimana saja seperti pada leher, dada, dan abdomen. LNH yang timbul pada bagian leher akan menyebabkan pembesaran kelenjar getah bening dan seringkali menyebabkan pasien kesulitan menelan/ mengunyah makanan, sehingga pemantauan terhadap asupan pasien dengan LNH sangat diperlukan agar status gizi pasien tersebut dalam kondisi baik dan tidak menurun. Selain itu, resiko kurang gizi akan muncul secara klinis pada orang sakit, terutama pada anoreksia, kondisi mulut/gigi buruk, serta kesulitan menelan, penyakit saluran cerna disertai mual, muntah dan diare, infeksi berat, kegagalan fungsi saluran pencernaan dan pasien yang mendapat kemoterapi (Irtanto,2012).

B. Etiologi

LNH merupakan keganasan primer limfosit yang berasal dari limfosit B, limfosit T dan kadang-kadang berasal dari sel natural killer yang berada dalam sistem limfe dengan gambaran yang sangat heterogen baik secara histologis, gejala, perjalanan klinis, respon terhadap pengobatan maupun prognosis. Seperti keganasan lain, LNH merupakan hasil dari akumulasi kelainan genetika yang bertahap sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak terkendali klon sel-sel ganas. Translokasi berulang yang terjadi pada beberapa tingkat deferensiasi sel B merupakan awal dari transformasi maligna. Translokasi ini mengakibatkan deregulasi ekspresi onkogen yang mengontrol proliferasi, survival dan deferensiasi sel. Menariknya, translokasi saja tidak cukup untuk menyebabkan terjadinya limfoma, sehingga diperlukan gangguan genetika sekunder berikutnya untuk terjadinya transformasi maligna seutuhnya (Xin H, 2014).

Paparan Lingkungan dan Pekerjaan: Beberapa pekerjaan yang sering dihubungkan dengan risiko tinggi adalah petemak sefta pekerja hutan dan peftanian. Hal ini disebabkan adanya paparan herbisida dan pelarut organik. Diet dan Paparan Lainnya: risiko LNH meningkat pada orang yang mengkonsumsi makanan tinggi lemak hewani, merokok. dan yang terkena paparan ultraviolet (Setioyohadi, 2009).

Agen Infeksius EBV DNA ditemukan pada 95% limfoma Burkit endemik, dan lebih jarang ditemukan pada limfoma Burkit sporadik. Karena tidak pada semua kasus limfoma Burkit ditemukan EBV, hubungan dan mekanisme EBV terhadap terjadinya limfoma Burkit belum diketahui. Sebuah hipotesis menyatakan bahwa infeksi awal EBV dan faktor lingkungan dapat meningkatkan jumlah prekursor yang terinfeksi EBV dan meningkatkan risiko terjadinya kerusakan genetik. EBV juga dihubungkan dengan posttranspIant lymphoproIifer ative disorders (PTLDs) dan AIDS-associat ed lymphomas (Hoffbrand, 2005).

Selain EBV DNA, HTLV-1 juga merupakan agen penyebab leukimia/limfoma sel T dewasa/ imunodefisiensi (herediter atau didapat) yang merupakan faktor pencetus untuk terjadinya limfoma sel B. Pada sindrom defisiensi imun didapat (AIDS) terdapat peningkatan insidensi limfoma di tempat-tempat yang tidak umum, misalnya di sistem saraf pusat. Limfoma tersebut biasanya berasal dari sel B dan secara histologi berderajat tinggi atau sedang (Bakta, 2007).

Enteropati yang diinduksi gluten serta limfadenopati angioimunoblastik merupakan faktor pemcetus terjadinya limfoma sel T, dan beberapa limfoma jaringan limfoid yang terkait dengan mukosa (mucosa-assosiated lymphoid tissue, MALT) di lambung, faktor pencetusnya dikaitkan dengan infeksi Helicobacter. Infeksi hepatitis C juga telah diajukan sebagai faktor risiko terjadinya limoma non-Hodgkin.

C. Patofisiologi

Prekursor limfosit dalam sumsum tulang adalah limfoblas. Perkembangan limfosit terbagi dalam dua tahap, yaitu tahap yang tidak tergantung antigen (antigent independent) dan tahap yang tergantung antigent (antigent dependent). Pada tahap I, sel induk limfoid berkembang menjadi sel pre-B, kemudian menjadi sel B imatur dan sel B matur, yang beredar dalam sirkulasi, dikenal sebagai naive B-cell. Apabila sel B terkena rangsangan antigen, maka proses perkembangan akan masuk tahap 2 yang terjadi dalam berbagai kopartemen folikel kelenjar getah bening, dimana terjadi immunoglobuline gene rearrangement. Pada tahap akhir menghasilkan sel plasma yang akan kembali ke sumsum tulang (Setioyohadi, 2009).

Normalnya, ketika tubuh terpajan oleh zat asing, sistem kekebalan tubuh seperti sel limfosit T dan B yang matur akan berproliferasi menjadi suatu sel yang disebut imunoblas T atau imunoblas B. Pada LNH, proses proliferasi ini berlangsung secara berlebihan dan tidak terkendali. Hal ini disebabkan akibat terjadinya mutasi pada gen limfosit tersebut. Proliferasi berlebihan ini menyebabkan ukuran dari sel limfosit itu tidak lagi normal, ukurannya membesar, kromatinnya menjadi lebih halus, nukleolinya terlihat, dan protein permukaan selnya mengalami perubahan (Setioyohadi, 2009).

Perubahan sel limfosit normal menjadi sel limfoma merupakan akibat terjadinya mutasi gen pada salah satu sel dari sekelompok sel limfosit tua yang tengah berada dalam proses transformasi menjadi imunoblas (terjadi akibat adanya rangsangan imunogen). Proses ini terjadi di dalam kelenjar getah bening, dimana sel limfosit tua berada dlluar “centrum germinativum” sedangkan imunoblast berada di bagian paling sentral dari “centrum germinativum” Beberapa perubahan yang terjadi pada limfosit tua antara lain: 1). Ukurannya makin besar; 2). Kromatin inti menjadi lebih halus; 3). Nukleolinya terlihat; 4). Protein permukaan sel mengalami perubahan reseptor (Setioyohadi, 2009).

D. Manajemen Terapi Gizi

Nutrisi adalah proses dimana tubuh manusia menggunakan makanan untuk membentuk energi, mempertahankan kesehatan, pertumbuhan dan untuk berlangsungnya fungsi normal setiap organ dan jaringan tubuh. Status nutrisi normal menggambarkan keseimbangan yang baik antara asupan nutrisi dengan kebutuhan nutrisi. Kekurangan nutrisi memberikan efek yang tidak diinginkan terhadap struktur dan fungsi hampir semua organ dan sistem tubuh (Klein, 2004).

Penentuan status nutrisi pada penderita LNH berdasarkan atas anamnesis, pemeriksaan fisik dengan pemeriksaan antropometri dan meriksaan laboratorium. Anamnesis dan pemeriksaan fisik yang baik merupakan cara efektif dalam penentuan status nutrisi penderita. Pada anamnesis perlu ditanyakan adalah berat badan rata-rata pada 3 bulan terakhir, informasi tentang asupan makanan baik jenis makanan, kemampuan mengkonsumsi makanan dan ha-hal yang berpengaruh terhadapnya misalnya adanya nyeri, mual-muntah, sulit menelan, luka berbau dan terapi yang sedang dijalani (Bristian 2004).

Adapun diet yang digunakan sebagai salah satu penatalaksanaan dibidang gizi untuk pasien dengan LNH adalah diet TETP (tinggi energi tinggi protein) baik lunak atau biasa. Penggunaan makanan lunak atau biasa tergantung dari kondisi pasien, jika pasien tidak mengalami kesulitan dalam menelan maka diberikan makanan biasa, sedangkan jika mengalami gangguan menelan diberikan makanan lunak (Almatsier, 2005).

Tujuan pemberian diet pada pasien yaitu memenuhi kebutuhan energi dan protein untuk mencegah dan mengurangi kerusakan jaringan tubuh. Mempertahankan berat badan agar tetap ideal dan mencapai status gizi yang normal. Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima pasien (Almatsier, 2005).

Terdapat 3 pilihan dalam pemberian nutrisi yaitu diet oral, nutrisi enteral dan nutrisi parenteral. Diet oral diberikan kepada penderita yang masih bisa menelan cukup makanan dan keberhasilannya memerlukan kerjasama yang baik antara dokter, ahli gizi, penderita dan keluarga. Nutrisi enteral bila penderita tidak bisa menelan dalam jumlah cukup, sedangkan fungsi pencernaan dan absorbsi usus masih cukup baik. Selama sistem pencernaan masih berfungsi baik atau berfungsi sebagian dan tidak ada kontraindikasi maka diet enteral (EN) harus dipertimbangkan, karena diet enteral lebih fisiologis karena meningkatkan aliran darah mukosa intestinal, mempertahankan aktivitas metabolik serta keseimbangan hormonal dan enzimatik antara traktus gastrointestinal dan liver. Diet enteral mempunyai efek enterotropik indirek dengan menstimulasi hormon usus seperti gastrin, neurotensin, bombesin, enteroglucagon. Gastrin mempunyai efek tropik pada lambung, duodenum dan colon sehingga dapat mempertahankan integritas usus, mencegah atrofi mukosa usus dan translokasi bakteri, memelihara gut-associated lymphoid tissue (GALT) yang berperan dalam imunitas mukosa usus (Rombeau, 2004).

E. Interaksi Obat dan Makanan

Ketika suatu makanan atau minuman mengubah suatu efek dari obat, perubhan tersebut dianggap sebagai interaksi obat pada makanan. Interkasi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat dapat di pengaruhi oleh makanan dan beberapa obat hanya dapat dipengaruhi oleh makanan-makanan tertentu. Interaksi obat dengan makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang di jual bebas, produk herbal dan suplement (Ismail, 2009).

Makanan dan obat dapat berinteraksi dengan cara yang berbeda. Makanan dapat mempengaruhi efek obat dengan mengubah cara obat tersebut dimetabolisme dalam tubuh. Jenis protein yang di sebut enzim banyak memiliki peran mematobolisme obat. Beberapa makanan membuat enzim-enzim bekerja lebih cepat atau lebih lambat baik dengan memperpendek atau memperpanjang waktu yang dilalui obat dalam tubuh. Jika makanan memepercepat enzim , obat akan lebih singkat berada di dalam tubuh dan dapat menjadi kurang efektif. Jika makanan memperlambat enzim maka obat akan berada lebih lama dalam tubuh dan dapat menyebabkan efek samping yang tidak dikehendaki (Ismail,2009).

Kemungkinan – kemungkinan yang dapat terjadinya interaksi obat dengan makanan adalah :

  1. Perubahan motilitas lambung dan usus, terutama kecepatan pengosongan lambung dari saat masuknya makanan.
  2. Perubahan pH, sekresi asam serta produksi empedu
  3. Perubahan suplai darah di daerah splanchnicus dan mukosa saluran cerna

BAB III

SKRINING GIZI DAN NUTRITION CARE PROCESS

 

A. Skrining Gizi

 

IDENTITAS

NO. RM 02125***
NAMA MB, Ny Perempuan
NAMA KELUARGA
TGL LAHIR/ UMUR 25 April 1967 /
RUANG Mawar Kelas III
TANGGAL 10 Januari 2020

 

FORMULIR SKRINING GIZI MUST

BB/TB TB estimasi : 150 cm  
IMT  
LLA/ ULNA 22 cm  
1 LLA (cm)

>23,5 masuk ke dalam skor 0

< 23,5 masuk ke dalam skor 1

 

a.    Skor 0

b.    Skor 1

2 Presentase penurunan berat badan secara tidak sengaja (3 – 6 bulan yang lalu)

a.    < 5 %

b.    5 – 10 %

c.    > 10 %

 

 

a.    Skor 0

b.    Skor 1

c.    Skor 2

3 Pasien menderita penyakit berat dan atau asupan makan tidak adekuat > 5 hari Skor 2
Total skor 3

 

Kesimpulan : Total Skor = 3 ( ≥ 2 Resiko tinggi ) → membutuhkan segera asuhan gizi

 

B. Identitas Pasien dan Anamnesis Gizi

 

FORM PERENCANAAN NUTRITION CARE PROCESS

Program Studi Ilmu Gizi

Fakultas Ilmu Kesehatan UMS

 

Nama Mahasiswa : Evi Febriyanti
Jenis Kasus : Cancer
Tanggal Pengumpulan :
NIM : J310160108
Penilaian/komentar dosen :

 

Anamnesis

1.Identitas Pasien

Nama (initial) : MB, Ny No RM : 020784**
Umur : 53 tahun Ruang : Mawar
Jenis Kelamin : Perempuan Tgl Masuk : 9/01/2020
Agama : Islam Tgl Kasus : 10/01/2020
Pekerjaan/

Penghsilan

: Petani Alamat : Purwosari RT. 004/001 Kaliwiro
Pendidikan : SD Diagnosis medis : Non Hodgin Limfoma
Aktivitas fisik : Bed rest Suku/bangsa : –

 

2.Riwayat Penyakit

Keluhan Utama :lemas, sariawan, leher terasa nyeri,   sulit menelan dan batuk berdahak
Riwayat Penyakit Dahulu : maag
Riwayat Penyakit Keluarga : –
Riwayat Penyakit  Sekarang / Diagnosis medis : Non Hodkgn Limfoma (KGB Colli Dextra)

 

3.Riwayat Gizi

Alergi/ pantangan terhadap bahan/ makanan tertentu
Diet yang pernah dijalankan
Kebiasaan makan Susu 3x / Hari @ 2 sendok

Bubur 1-2 x/minggu @1 ctg

Telur 1-3x/minggu @1 btr

Ayam 1-2 x/minggu @ 1 ptg

Tempe 1-2x/hari @1 bh

Tahu 1-2x/hari @1 bh

Kangkung 2-3x/minggu @2 sdm

Bayam 1-2x/minggu @2 sdm

Wortel 2-3x/minggu @2 sdm

Kentang 2-3x/minngu @ 2 sdm

Sudah dua bulan terakahir pasien sulit menelan dan jarang mengkonsumsi makanan, makanan dapat di konsumsi jika di blender. Selama sulit makan pasien sering mengkonsumsi susu entramix.

Makanan yang disukai
Suplementasi gizi
Cara pengolahan makanan Lauk hewani: goreng, kecap, semur

Lauk nabati: goreng, kecap, semur

Sayur: tumis, sop, bening

Gangguan fungsi gastrointestinal Sulit menelan dan mual
Perubahan berat badan Turun 5 kg dalam 2 bulan terakhir
Lain-lain

 

C. Assesment

1. Antropometri

Berat badan (BB) aktual : – BB idaman/ideal : : 50 kg
Tinggi Badan (TB) estimasi : 150 cm IMT

 

: –
Tinggi lutut : – Rumus estimasi TB berdasar : –
Panjang Ulna : 23 cm Rumus estimasi TB berdasar rentang lengan : 150 cm
Lingkar lengan atas (LLA) : 22 cm %LLA :74,57 %

(Gizi Kurang)

Lingkar pinggang : cm Rasio lingkar pinggang/pinggul : –
Lingkar pinggul : cm
Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan anthropometri :

Gizi kurang berdasarkan % LLA

 

2.Pemeriksaan Biokimia

Pemeriksaan Urin/Darah Kadar Rentang Normal Keterangan
9 Januari 2020
Basofil

Batang

Eosinofil

Eritrosit

Hematokrit Hemoglobin Leukosit

Limfosit

MCH

MCHC

MCV

Monosit

MPV

Neutrofil

RDW

Segmen

Trombosit

Glukosa sewaktu

Kreatinin darah

SGOT

SGPT

Ureum Darah

0,5 %

1,6 %

4,6 %

4,51 10^6/Ul

34 %

11,7 g/dL

14860 U/L

6,7 %

25,9 pg/celL

34,4 %

75,4 fL

5,8 %

8,8 fL

82,4 %

14,6 %

80,8 %

236000/UL

97 mg/dL

1,99 mg/dL

26 U/L

16 U/L

68,01mg/dL

0-1 %

3-5 %

2-4 %

4,4-5,9 10^6/uL

40-52 %

13,2-17,3 g/dL

4.500-12.500 U/L

25-40 %

26-34 pg/cell

32-36 %

80-100 fL

2-5 %

9,4-12,4 fL

50,0-70,0 %

11,5-14,5 %

50-70 %

140.000-392.000/UL

<= 200 mg/ dL

0,55 – 1,02 mg/dL

15 – 37 U/L

14 – 59 U/L

14,98 – 38,52 mg/dL

Normal

Rendah

Tinggi

Normal

Rendah

Rendah

Tinggi

Rendah

Rendah

Normal

Rendah

Normal

Rendah

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Normal

Normal

Tinggi

Normal

Normal

Tinggi

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan biokimia :

Leukositosis

Anemia mikrositik

Insufiensi renal

 

3.Klinik Fisik

Pemeriksaan

Hasil Pemeriksaan

Kesan Umum Sedang dan kesadaran compos mentis
10 Januari 2020
Vital sign :

1.    Tensi

2.    Respirasi

3.    Nadi

4.    Suhu

 

120/80 mmHg

20 x/menit

82 x/menit

37 oC

11 Januari 2020
Vital sign :

1.    Tensi

2.    Respirasi

3.    Nadi

4.    Suhu

 

100/70 mmHg

20  x/menit

82 x/menit

37 oC

12 Januari 2020
Vital sign :

1.    Tensi

2.    Respirasi

3.    Nadi

4.    Suhu

 

100/80 mmHg

20  x/menit

82 x/menit

37 oC

13 Januari 2020
Vital sign :

1.    Tensi

2.    Respirasi

3.    Nadi

4.    Suhu

 

130/90 mmHg

18  x/menit

78 x/menit

37 oC

Kepala/abdomen/ekstrimitas dll Kepala; Mata: CA+/+, SI -/-

Pemiriksaan Leher : Benjolan di leher kanan belakang – Tyroid :pembesaran

Pemeriksaan dada: – Paru: SD VES +/+, RONKHI +/+, WHEEZING -/-, Jantung: S1>S2 –dinding dada: Normal

Pemeriksaan abdomen: dinding perut: datar,distensi, undulasi (-), pekak sisi (-), hepar/lien: tidak teraba, usus : BU +

Pemeriksaan punggung:-

C.vertebrae: tidak ada kelaianan

Ginjal : tidak ada kelainan

Coxae: tidak ada kelainan

Genitalia externa: tidak ada kelainan

Kesimpulan status gizi berdasarkan pemeriksaan Clinik/fisik :

Vital sign pasien normal

Anemia dibuktikan hasil pemeriksaan fisik mata: CA+/+

Mengalami gangguan pernafasan dibuktikan hasil pemeriksaan fisik  RONKHI +/+

 

D. Dietary history

1.Kesimpulan berdasarkan riwayat gizi :

Pola makan pasien kurang baik berdasarkan FFQ 1 bulan terakhir

2.Hasil Recall 24 jam diet : Rumah sakit

  • Hasil Recall 24 jam diet : Rumah / Rumah Sakit
  • Tanggal  : 10 Januari 2020
  • Diet RS   : NS
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH
Asupan Oral 1358 59,9 30,7 218,5
Asupan Enteral
Parrenteral
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
% Asupan 90,3 % 99,83 % 73,6 % 94,49 %
Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam : Asupan makan pasien pada kebutuhan energi,protein, dan karbohidrat > 90 % serta asupan lemak 73,6 %

 

  • Hasil Recall 24 jam diet : Rumah / Rumah Sakit
  • Tanggal  : 11 Januari 2020
  • Diet RS   : NS TKTP
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH
Asupan Oral 1463,6 68,4 33,7 76,2
Asupan Enteral
Parrenteral
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
% Asupan 98,21% 114% 81,01% 100,63 %
Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam : Asupan makan pasien > 80 %

 

  • Hasil Recall 24 jam diet : Rumah / Rumah Sakit
  • Tanggal : 12 Januari 2020
  • Diet RS  : NS TKTP
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH
Asupan Oral 1463,6 68,4 33,7 76,2
Asupan Enteral
Parrenteral
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
% Asupan 98,21% 114% 81,01% 100,63 %
Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam : Asupan makan pasien > 80 %

 

  • Hasil Recall 24 jam diet  : Rumah / Rumah Sakit
  • Tanggal   : 13 Januari 2020
  • Diet RS    : Sonde dan bubur blander TKTP
Implementasi Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) KH
Asupan Oral 654,5 28,6 13,1 109,4
Asupan Enteral
Parrenteral
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
% Asupan 43,63% 44% 31,44 51,78%
Kesimpulan berdasarkan recall 24 jam : Asupan makan pasien < 80 %

 

4.Medical History

Hasil pemeriksaan histopatologi Limfoma Non Hodgkin : KGB Colli Dextra

 

5. Terapi Medis

Jenis Obat/ tindakan Fungsi Interaksi dengan Zat Gizi
Ivfd RL 20 tpm Cairan infus yang biasa digunakan pada pasien sebagai sumber elektrolit dan air untuk hidrasi.  
Inj Ketorolak Digunakan untuk meredakan peradangan dan rasa nyeri Penggunaan jangka panjang akan mengakibatkan iritasi pada lambung. Efek samping pada saluran pencernaan terutama di lambung dan duodenum diakibatkan penghambatan pada COX-1. Enzim bertanggung jawab dalam produksi prostaglandin yang secara normal berperan sebagai agen proteksi mukosa asam lambung.
Inj Ranitidin Digunakan untuk menangani gejala atau penyakit yang berkaitan dengan produksi asam berlebih di dalam lambung Konsumsi ranitidine secara bersamaan dengan makanan menyebabkan penurunan absorbsi ranitidine 33%
Inj Ondansentron Digunakan untuk mencegah serta mengobati mual dan muntah  
Inj Ceftriaxone Digunakan untuk mengatasi berbagai infeksi bakteri Dapat menyebabkanpengendapan kristal pada paru-paru dan ginjal jika digunakan bersamaan dengan cairan infus yang mengandung kalsium.
Nistatin Mengobati infeksi jamur pada mulut Obat ini mempunyai aksi mengikat ergosterol, suatu sterol pada membran fungsi, sehingga membentuk pori-pori atau saluran dan menghasilkan peningkatan permeabilitas.
Sucralfat Untuk mengobati dan mencegah tukak lambung serta ulkus duodenum  
Paracetamol Digunakan untuk mengobati rasa sakit Paracetamol bekerta dengan cara mengurangi produksi zat penyebab peradangan yaitu prostaglandin. Dengan penurunan kadar prostaglandin di dalam tubuh, tanda peradangan seperti demam dan nyeri akan berkurang.
Spinorolakton Digunakan untuk mengatur akumulasi kelebihan cairan pada plasma Menyebabkan retensi air dan natrium dalam plasma sehingga menyebabkan kelebihan cairan yang dapat meningkatkan volume darah.

 

E. Diagnosis

NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra)

NI 5.1  Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi)

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %

F. Intervensi Gizi

Rencana Asuhan Gizi

1.Tujuan Diet

  • Membantu memenuhi kebutuhan pasien dan membantu penyembuhan
  • Meningkatkan status gizi pasien

2.Syarat/Prinsip Diet

  • Tinggi energi 30 BB/kal
  • Tinggi protein 1 BB/kal
  • Lemak cukup 25%
  • Karbohidrat cukup 56,3%
  • Makanan bentuk sonde (SN)

3.Perhitungan Kebutuhan Energi dan Zat Gizi

Energi = 30 kkal x BB

  • = 30 x 50
  • = 1500 kkal

Protein = 1 x protein

  • = 1 x 50
  • = 50 gram
  • = 200 kkal

Lemak = 25% x energi

  • = 25% x 1500 / 9
  • = 375 kkal/9
  • = 41,66 gram

Karbohidrat  = 1500 – (280 + 375)

  • = 845 kkal/4
  • = 211,25 gram

Jenis Diet, Bentuk Makanan dan Cara Pemberian

  • Jenis Diet : TKTP
  • Bentuk Makanan : Makanan cair (SN)
  • Cara Pemberian : Oral
  • Pola Pemberian : 3 kali makan utama, 1 kali selingan

Pasien diberikan diet SN TKTP untuk memenuhi kebutuhan pasien. Makanan diberikan dalam bentuk makanan cair karena pasien mengalami sariawan, batuk, sulit mengunyah, menelan dan mual yang menyebabkan nafsu makan pasien menurun. Rute pemberian makan secara oral.

G.Rencana Konsultasi Gizi

Masalah Gizi Tujuan Materi Konseling Keterangan
Asupan makan

kurang

Meningkatkan asupan makan pasien Pentingnya memenuhi asupan makan pasien untuk kesembuhan dan makanan tinggi energi dan protein Sasaran: Pasien dan keluarga pasien

Waktu: 10-15  menit Media: Leaflet

Tempat: Kamar no 10.1, Bangsal Mawar

 

H. Rencana Monitoring dan Evaluasi

Indikator Yang diukur Pengukuran Keterangan
Anamnesa lemas, sariawan, leher terasa nyeri,    sulit menelan dan batuk berdahak Setiap hari Keluhan berkurang
Antropometri Lila Setiap 3 hari Lila meningkat
Biokimia Hb, Leukosit, Kreatinin darah, Ureum darah Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain Mencapai kadar normal

 

Klinik Tensi, nadi, respirasi,

suhu tubuh

Kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain Mencapai batas normal

 

Dietary Asupan energi dan

protein

Recall 1×24 jam dan sisa makanan Asupa makan >80%

 

I. Rekomendasi Diet

Waktu Makan Standar Diet Rekomendasi Standar Diet
Hari 1

Siklus 10

Hari 2

siklus 1

Hari 3

siklus 2

Hari 4

siklus 3

Pagi

07.00

SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml
Snack Pagi Susu Peptisol 20 gram Susu peptisol Susu peptisol Susu peptisol
Siang

11.30

SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml SN TKTP 400 ml Bubur blander

–  Bubur

–  Telur pindang asin

–  Telur semur

–  Tahu bumbu tomat

–  Sup jagung manis

Sore

17.30

SN 400 ml

 

SN TKTP 400 ml

 

SN TKTP 400 ml

 

SN TKTP 400 ml

 

Bubur blander

–  Bubur

–  Sup bakso ayam

–  Tempe bumbu tomat

Energi (kkal) 1473,2 1473,2 1473,2 1341,4
Protein (gram) 68,4 68,4 68,4 58,2
Lemak (gram) 33,7 33,7 33,7 27,8
Karbohidrat (gram) 232,7 232,7 232,7 217,7

 

a. Rekomendasi Diet Hari ke – 1 sampai hari ke – 3

Waktu Nama Makanan Bahan makanan Berat (g)
Pagi SN TKTP tepung maizena 5
telur ayam 50
jeruk manis 100
margarin 2,5
gula pasir 30
susu skim lactona 40
susu full cream indomilk 15
air 400 ml
Selingan peptisol Susu peptisol 20
Siang SN TKTP tepung maizena 5
telur ayam 50
jeruk manis 100
margarin 2,5
gula pasir 30
susu skim lactona 40
susu full cream indomilk 15
air 400 ml
Sore

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

SN TKTP

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

tepung maizena 5
telur ayam 50
jeruk manis 100
margarin 2,5
gula pasir 30
susu skim lactona 40
susu full cream indomilk 15
air 400 ml
Energi (kkal) 1473,2
Protein (gram) 68,4
Lemak (gram) 33,7
Karbohidrat (gram) 232,7

b. Rekomendasi Hari ke – 4

Waktu Nama Makanan Bahan makanan Berat (g)
Pagi SN TKTP tepung maizena 5
telur ayam 50
jeruk manis 100
margarin 2,5
gula pasir 30
susu skim lactona 40
susu full cream indomilk 15
air 400 ml
Selingan peptisol Susu peptisol 20
Siang Bubur Blander beras putih giling 60
tahu 35
jagung kuning pipil baru 20
wortel 20
kacang kapri 5
tomato 5
Selingan peptisol Susu peptisol 20
Sore SN TKTP

 

beras putih giling 60
Bakso 30
sawi 40
mie soun 5
seledri 0,5
tempe kedelei 35
Energi (kkal) 1473,2
Protein (gram) 68,4
Lemak (gram) 33,7
Karbohidrat (gram) 232,7

 J. Implementasi

  • 3x makan utama
  • selingan

BAB IV

PEMBAHASAN MONITORING DAN EVALUASI

A. Monitoring Dan Evaluasi

1.Monitoring dan Evaluasi Keluhan Utama Pasien

Tabel 1 Monitoring dan Evaluasi Keluhan Utama Pasien

Tanggal Keluhan Pasien
10 Januari 2020 Lemas, mual, batuk berdahak, sariawan, nyeri perut, sulit menelan dan nafsu makan sangat kurang.
11 Januari 2020 Lemas, mual, batuk berdahak, sariawan, nyeri perut, sulit menelan dan nafsu makan sangat kurang.
12 Januari 2020 Batuk berkurang, sariawan membaik dan sulit menelan.
13 Januari 2020 Batuk berkurang, sariawan membaik.

Sumber : Data sekunder, 2020

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama 4 hari terhadap keluhan pasien, keadaan pasien semakin membaik. Keluhan pasien berkurang, walaupun belum semua teratasi. Nafsu makan pasien semakin hari semakin membaik. Lemas, mual, batuk berdahak, sariawan dan nyeri perut hilang pada hari ke-3, serta pada hari ke-4 pasien merasa bisa sedikit-sedikit menelan makanan, sehingga pada hari ke-4 menu siang di ganti dengan bubur blender.

2.Monitoring dan Evaluasi Data Antropometri

Tabel 2 Monitoring dan Evaluasi Data Antropometri

Tanggal LLA
10 Januari 2020 22 cm
11 Januari 2020
12 Januari 2020
13 Januari 2020 22 cm

Sumber : Data primer, 2020

Berdasarkan pemeriksaan antropometri selama pengamatan  dilakukan pengukuran LiLA pasien yang didapat adalah 22 cm.  Status gizi pasien berdasarkan % LiLA, didapatkan status gizi pasien adalah 74,57% yang termasuk gizi kurang. Status gizi pasien yang termasuk gizi kurang dapat disebabkan karena penyakit yang diderita. Malnutrisi sering terjadi pada penderita kanker seperti LNH (24% pada stadium dini dan > 80% pada stadium lanjut), AIDS dan penyakit kronis lainnya.

3. Monitoring dan Evaluasi Data Biokimia

Pemeriksaan Urin/Darah Kadar Rentang Normal Keterangan
9 Januari 2020
Basofil

Batang

Eosinofil

Eritrosit

Hematokrit Hemoglobin Leukosit

Limfosit

MCH

MCHC

MCV

Monosit

MPV

Neutrofil

RDW

Segmen

Trombosit

Glukosa sewaktu

Kreatinin darah

SGOT

SGPT

Ureum Darah

0,5 %

1,6 %

4,6 %

4,51 10^6/Ul

34 %

11,7 g/dL

14860 U/L

6,7 %

25,9 pg/celL

34,4 %

75,4 fL

5,8 %

8,8 fL

82,4 %

14,6 %

80,8 %

236000/UL

97 mg/dL

 

1,99 mg/dL

26 U/L

16 U/L

68,01mg/dL

0-1 %

3-5 %

2-4 %

4,4-5,9 10^6/uL

40-52 %

13,2-17,3 g/dL 4.500-12.500 U/L

25-40 %

26-34 pg/cell

32-36 %

80-100 fL

2-5 %

9,4-12,4 fL

50,0-70,0 %

11,5-14,5 %

50-70 %

140.000-392.000/UL

<= 200 mg/ dL

 

0,55-1,02 mg/dL

15-37 U/L

14-59 U/L

14,98-38,52 mg/dL

Normal

Rendah

Tinggi

Normal

Rendah

Rendah

Tinggi

Rendah

Rendah

Normal

Rendah

Normal

Rendah

Tinggi

Tinggi

Tinggi

Normal

Normal

 

Tinggi

Normal

Normal

Tinggi

 

Pemeriksaan biokimia dilakukan pada tanggal 9 Januari 2020 antara lain pemeriksaan darah lengkap dengan hasil :

  1. Penurunan kadar batang dan peningkatan kadar segmen menunjukkan adanya infeksi akut.
  2. Penurunan kadar limfosit. Limfosit merupakan sel darah putih yang kedua paling banyak jumlahnya. Sel ini kecil dan bergerak ke daerah inflamasi pada tahap awal dan tahap akhir. Penurunan kadar limfosit menunjukkan pasien rentan terhadap infeksi, khususnya infeksi virus.
  3. Peningkatan kadar kreatinin darah. Kreatinin darah dihasilkan selama kontraksi otot skeletal melalui pemecahan kretinin fosfat. Kreatinin diekskresi oleh ginjal dan konsentrasinya dalam darah sebagai indikator fungsi ginjal. Konsentrasi kreatinin menurut akibat distropi otot, atropi, malnutrisi atau penurunan masa otot akibat penuaan.
  4. Peningkatan kadar ureum darah. Ureum berasal dari protein terutama yang berasal dari makanan. Pada orang sehat yang makanannya banyak mengandung protein, ureum biasanya berada di atas rentang normal. Kadar urea bertambah dengan bertambahnya usia dan adanya gangguan pada fungsi ginjal.
  5. Peningkatan leukosit berasal dari jumlah sel darah putih yang jumlahnya terlalu banyak. Leukosit berperan melindungi diri dari infeksi dan penyakit. Leukosit tinggi dapat menjadi tanda bahwa ada sesuatu yang tidak normal dalam tubuh.
  6. Penurunan hemoglobin menandakan Penyebab anemia pada pasien kanker ialah penurunan produksi sel darah merah yang merupakan hasil dari defisiensi nutrisi. Selain itu bisa juga disebabkan oleh infiltrasi sel tumor ke sumsum tulang dan juga efek dari pengobatan kanker seperti kemotererapi atau radioterapi yang meningkatkan hemolisis sel darah merah.

4.Monitoring dan Evaluasi Data Fisik dan Klinik

Tabel 4. Monitoring dan Evaluasi Data Vital Sign

Tanggal Kesan Umum Tensi

(mmHg)

Nadi

(x/menit)

Respirasi (x/menit) Suhu (°C)
10 Januari 2020 Sedang/CM 120/80 82 20 37
11 Januari 2020 Sedang/CM 100/70 82 20 37
12 Januari 2020 Sedang/CM 100/80 82 20 37
13 Januari 2020 Sedang/CM 130/90 78 18 37

 Tingkat kesadaran pasien normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab pertanyaan tentang keadaan pasien. Pemeriksaan klinik pada hari ke – 1 sampai ke – 3 tensi, nadi, respirasi, dan suhu normal. Pada hari ke – 4 tensi pasien 130/90 mmHg, tekanan darah pasien tergolong tinggi dengan kategori Hipertensi stage 1. Tekanan darah pasien meningkat karena pengaruh obat Spinorolakton yaitu obat diuretik untuk mengatur akumulasi kelebihan cairan dalam plasma yang mengakibatkan retensi air dan natrium dalam plasma yang mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah. Pada pemerikasaan nadi, respirasi, dan suhu pasien tetap normal.

Tabel 4 Monitoring dan Evaluasi Data Pemeriksaan Fisik Kepala/abdomen/ekstrimitas

Tanggal Pemeriksaan

Kepala/abdomen/ekstrimitas dll

10 Januari 2020 Kepala : Mata: CA+/+, SI -/-

Pemiriksaan Leher: Benjolan di leher kanan belakang – Tyroid :pembesaran

Pemeriksaan dada: –

Paru: RONKHI +/+, WHEEZING -/-,

Jantung: S1>S2 – dinding dada: Normal

Pemeriksaan abdomen: dinding perut: datar,distensi, undulasi (-), pekak sisi (-),

Hepar/lien: tidak teraba

Usus : BU +

Pemeriksaan punggung:-

C.vertebrae: tidak ada kelaianan

Ginjal : tidak ada kelainan

Coxae: tidak ada kelainan

Genitalia externa: tidak ada kelainan

11 Januari 2020 Kepala : Mata: CA+/+, SI -/-

Pemiriksaan Leher: Benjolan di leher kanan belakang – Tyroid :pembesaran

Pemeriksaan dada: –

Paru: RONKHI +/+, WHEEZING -/-,

Jantung: S1>S2 – dinding dada: Normal

Pemeriksaan abdomen: dinding perut: datar,distensi, undulasi (-), pekak sisi (-),

Hepar/lien: tidak teraba

Usus : BU +

Pemeriksaan punggung:-

C.vertebrae: tidak ada kelaianan

Ginjal : tidak ada kelainan

Coxae: tidak ada kelainan

Genitalia externa: tidak ada kelainan

12 Januari 2020 Kepala : Mata: CA -/-, SI -/-

Pemiriksaan Leher: Benjolan di leher kanan belakang – Tyroid :pembesaran

Pemeriksaan dada: –

Paru: RONKHI +/+, WHEEZING -/-,

Jantung: S1>S2 – dinding dada: Normal

Pemeriksaan abdomen: dinding perut: datar,distensi, undulasi (-), pekak sisi (-),

Hepar/lien: tidak teraba

Usus : BU +

Pemeriksaan punggung:-

C.vertebrae: tidak ada kelaianan

Ginjal : tidak ada kelainan

Coxae: tidak ada kelainan

Genitalia externa: tidak ada kelainan

13 Januari 2020 Kepala : Mata: CA+/+, SI -/-

Pemiriksaan Leher: Benjolan di leher kanan belakang – Tyroid :pembesaran

Pemeriksaan dada: –

Paru: RONKHI +/+, WHEEZING -/-,

Jantung: S1>S2 – dinding dada: Normal

Pemeriksaan abdomen: dinding perut: datar,distensi, undulasi (-), pekak sisi (-),

Hepar/lien: tidak teraba

Usus : BU +

Pemeriksaan punggung:-

C.vertebrae: tidak ada kelaianan

Ginjal : tidak ada kelainan

Coxae: tidak ada kelainan

Genitalia externa: tidak ada kelainan

 

Pemeriksaan fisik pasien pada hari ke -1 sampai hari ke -2 bagian mata Ca +/+ yang menandakan pasien mengalami anemia, dan pada pemeriksaan paru Ronkhi +/+ pasien mengalami gangguan pernafasan, gangguan pernafasan tersebut dapat terjadi karena adanya lendir yg menyumbat dan pasien sedang batuk berdahak. Pemeriksaan fisik pasien pada hari ke – 3 sampai hari ke – 4 mengalami perubahan yaitu pada bagian mata Ca -/-  sedangkan pada pemeriksaan paru tidak mengalami perubahan akan tetapi, batuk berdahak pada pasien berkurang.

5.Monitoring dan Evaluasi Makan Pasien

Asupan makan pasien diketahui dengan melakukan Recall 1×24 jam dan survei sisa makanan. Zat gizi yang dievaluasi adalah zat gizi makro yaitu energi, protein, lemak, dan karbohidrat. Perkembangan makan pasien dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Monitoring dan Evaluasi Makan Pasien

Hari ke- Keterangan E (kkal) P (gram) L (gram) KH

(gram)

1 10 Januari 2020
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
Perencanaan 1473,2 68,4 33,7 232,7
Asupan RS 1358 59,9 30,7 218,5
Asupan luar RS 270 9,3 8,2 38,2
Total asupan 1628 69,2 38,9 256,7
% Asupan 108,53 115,33 93,37 111,01
Kategori Baik Baik Baik Baik
2 11 Januari 2020
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
Perencanaan 1473,2 68,4 33,7 232,7
Asupan RS 1463,6 68,4 33,7 76,2
Asupan luar RS
Total asupan 1463,6 68,4 33,7 76,2
% Asupan 98,21 114 81,01 100,63
Kategori Baik Baik Baik Baik
3

 

 

 

12 Januari 2020
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
Perencanaan 1473,2 68,4 33,7 232,7
Asupan RS 1463,6 68,4 33,7 76,2
Asupan luar RS
Total asupan 1463,6 68,4 33,7 76,2
% Asupan 98,21 114 81,01 100,63
Kategori Baik Baik Baik Baik
4 13 Januari 2020
Kebutuhan 1500 60 41,66 231,25
Perencanaan 1322,9 57 26,3 217,7
Asupan RS 654,5 28,6 13,1 109,4
Asupan luar RS
Total asupan 654,5 28,6 13,1 109,4
% Asupan 43,63 47,67 31,45 47,31
Kategori Kurang Kurang Kurang Kurang

Sumber: Data Primer, 2020

Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi makan pasien diperoleh bahwa persentase asupan makan pasien pada hari ke-1, 2, dan 3 tergolong baik. Pada hari ke – 1 pasien mengkonsumsi makanan di luar rumah sakit, yaitu susu entramix sebanyak tiga kali per 20 gram susu entramix. Pada hari ke – 2 dan ke – 3 pasien sudah tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit, karena pasien mendapat tambahan makanan selingan berupa susu bubuk peptisol 20 gram untuk di seduh sendiri.

Asupan makanan pasien baik karena bentuk makanan yang di berikan sesuai dengan kondisi pasien. Makanan bentuk cair diberikan karena pasien mengalami sariawan dan sulit untuk menelan sehingga diberikan makanan bentuk cair . Namun pada hari ke – 4, persentase asupan energi, lemak, dan karbohidrat pasien termasuk kurang dari total kebutuhan. Persentase asupan makan pasien pada hari ke-4 kurang karena kondisi pasien mulai membaik dan pulang pada sore harinya sehingga tidak sempat mengkonsumsi makanan sore di RS.

Diagram evaluasi makan pasien pada zat gizi makro selama 5 hari pengamatan adalah sebagai berikut :

1.Energi

Sumber energi berasal dari protein, lemak, dan karbohidrat. Kebutuhan energi pasien Ny. MM adalah 1500 kkal. Asupan energi Ny. MM termasuk stabil digambarkan pada grafik di bawah. Terlihat bahwa hari ke – 1  pengamatan asupan energi Ny. MM berada pada nilai yaitu 111,01 %, kemudian hingga hari ke – 2 dan hari ke – 3 yaitu 100,63 %. Penurunan nilai persentase pasien pada pada hari ke – 2 dan hari ke – 3 karena pasien sudah tidak mengkonsumsi makanan dari luar rumah sakit. Hari ke – 4  mengalami penurunan asupan energi yaitu 47,31 % karena pasien pulang pada sore harinya dan  hanya mengkonsumsi makanan pagi dan siang saja.

Gambar 1 Gambaran Asupan Energi

peresentase asupan energi

2.Protein

Kebutuhan protein Ny. MM adalah 60 gram. Berikut adalah gambaran asupan protein:

Gambar 2 Gambaran Asupan Protein

persentase asupan protein

Asupan protein cukup tinggi pada hari pertama mencapai nilai tertinggi yaitu 115,33%, pada hari ke – 2 dan ke – 3 selanjutnya menurun menjadi 114 % dan masih termasuk kategori asupan baik. Pada hari ke – 4 asupan protein pasien rendah yaitu 47,67 % dan termasuk kategori kurang karena pasien mengkonsumsi makanan rumah sakit hanya sampai makan siang saja.

3. Lemak

Kebutuhan lemak sebesar 41,66 gram perhari. Berikut adalah gambaran asupan lemak Ny. MM selama pengamatan:

Gambar 3 Gambaran Asupan Lemak

persentase asupan lemak

Asupan lemak pasien selama pengamatan termasuk dalam kategori baik karena lebih dari 80% kebutuhan, namun pada hari ke – 4, asupan lemak kurang dari 80%, yaitu 31,45 % yang termasuk kategori kurang.

4.Karbohidrat

Kebutuhan karbohidrat Ny. MM adalah 231,25 gram perhari. Berikut adalah gambaran asupan karbohidrat selama 4 hari pengamatan:

Gambar 4 Gambaran Asupan Karbohidrat

persentase asupankarbohidrat

Asupan karbohidrat Ny. MM termasuk baik pada hari ke – 1 (111,10%), ke – 2 (100,63 %), dan ke – 3 (100,63%) karena lebih dari 80% kebutuhan, sedangkan pada hari ke – 4 (47,31%) asupan menurun karena pasien hanya mengkonsumsi makanan rumah sakit sampai makan siang sehingga asupan berada di bawah 80%, termasuk dalam kategori kurang.

B. Perkembangan Terapi Diet

HARI KE

DIAGNOSIS MEDIS MONITORING ASSESMEN GIZI MONITORING

DIAGNOSIS GIZI

EVALUASI DAN TINDAK

LANJUT  (TERAPI DIET DAN KONSLEING GIZI

ANTROPOMETRI

BIOKIMIA FISIK DAN KLINIS

ASUPAN

1 Limfoma Non Hodgkin LLA = 22 cm %LLA = 74,57 % Tidak dilakukan monitoring Tensi : 120/80 mmHg

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Suhu: 37 oC

E: 1358 kkal

P: 59,9 gram

L: 30,7 gram

K: 218,5 gram

NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra)

NI 5.1  Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi)

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %

Antropometri : status gizi kurang

Asupan :

E = Baik (90,3%)

P = Baik (92,15%)

L = Kurang (73,80%)

Kh= Baik (103,43%)

Terapi diet :  – Diet NS TKTP – Bentuk makanan cair penuh – Cara pemberian oral

Konseling : Edukasi dan motivasi pasien untuk meningkatkan asupanmakan, patuh dengan diet yangdiberikan oleh rumah sakit.

2 Limfoma Non Hodgkin Tidak dilakukan monitoring Tensi : 100/70 mmHg

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Suhu: 37 oC

E: 1473 kkal

P: 68,4 gram

L: 33,7 gram

K: 232,7 gram

NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra)

NI 5.1  Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi)

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %

Antropometri : status gizi kurang

Asupan :

E = Baik (97,57%)

P = Baik (105,23%)

L = Baik (81,08 %)

Kh= Baik (110,15%)

Terapi diet :  – Diet NS TKTP – Bentuk makanan cair penuh – Cara pemberian oral

Konseling : Edukasi dan motivasi pasien untuk meningkatkan asupanmakan, patuh dengan diet yangdiberikan oleh rumah sakit.

3 Limfoma Non Hodgkin LLA = 22 cm %LLA = 74,57 % Tidak dilakukan monitoring Tensi : 100/80 mmHg

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Suhu: 37 oC

E: 1473 kkal

P: 68,4 gram

L: 33,7 gram

K: 232,7 gram

NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra)

NI 5.1  Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi)

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %

Antropometri : status gizi kurang

Asupan :

E = Baik (90,3%)

P = Baik (92,15%)

L = Kurang (73,80%)

Kh= Baik (103,43%)

Terapi diet :  – Diet NS TKTP – Bentuk makanan cair penuh – Cara pemberian oral

Konseling : Edukasi dan motivasi pasien untuk meningkatkan asupanmakan, patuh dengan diet yangdiberikan oleh rumah sakit.

4 Limfoma Non Hodgkin LLA = 22 cm %LLA = 74,57 % Tidak dilakukan monitoring Tensi : 100/80 mmHg

Respirasi : 20 x/menit

Nadi : 82 x/menit

Suhu: 37 oC

E: 1473 kkal

P: 68,4 gram

L: 33,7 gram

K: 232,7 gram

NI 5.1 Peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra)

NI 5.1  Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi)

NI 5.2 Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %

Antropometri : status gizi kurang

Asupan :

E = Baik (90,3%)

P = Baik (92,15%)

L = Kurang (73,80%)

Kh= Baik (103,43%)

Terapi diet :  – Diet NS TKTP – Bentuk makanan cair penuh – Cara pemberian oral

Konseling : Edukasi dan motivasi pasien untuk meningkatkan asupanmakan, patuh dengan diet yangdiberikan oleh rumah sakit.

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

  1. Hasil skrining gizi pasien mendapatkan skor 3, yaitu beresiko mengalami malnutrisi sehingga membutuhkan asuhan gizi.
  2. Status gizi pasien berdasarkan persen LiLA adalah 74,57% termasuk dalam kategori gizi kurang. Hasil pemeriksaan fisik klinis disimpulkan bahwa kesan umum pasien memiliki kesadaran composmentis, tekanan darah,suhu, nadi serta respirasi normal. Hasil pemeriksaan biokimia disimpulkan bahwa pasien mengalami anemia, leukositosis, serta insufiensi renal. Hasil dietary history, pola makan kurang baik dan menunjukkan asupan pasien kurang (<80%).
  3. Diagnosis gizi adalah peningkatan kebutuhan energi berkaitan dengan penyakit katabolisme dibuktikan dengan kesimpulan hasil PA ( KGB Colli Dextra), Peningkatan kebutuhan protein berkaitan dengan leukositosis dibuktikan dengan hasil lab leukosit 14860 U/L (Tinggi) dan Malnutrisi berkaitan dengan asupan yang kurang dibuktikan dengan %LLA 74,57 %.
  4. Intervensi gizi yang dilakukan pada pasien adalah memberikan diit TKTP dengan bentuk makanan cair melalui rute oral dengan frekuensi 3x makan utama dan 1x selingan.
  5. Monitoring dan evaluasi
  • Anamnesa : keluhan lemas, sariwan, batuk berdahak mulai berangsur-angsur membaik
  • Pemeriksaan fisik klinis: Tekanan darah,suhu, nadi dan respirasi normal.
  • Biokimia : anemia, leukositosis, insufiensi renal
  • Dietary : asupan makan terpenuhi pada hari ke – 1, ke – 2, ke – 3. Pada hari ke – 4, asupan energi, lemak, dan karbohidrat kurang karena pasien hanya mengkonsumsi makanan rumah sakit sampai siang dan sore pasien pulang karena kondisi sudah membaik.

B. Saran

1.Bagi pasien

Pasien diharapkan dapat melanjutkan diet yang telah dijalankan selama di rawat di Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan

2.Bagi keluarga pasien

Keluarga pasien diharap dapat mendukung pasien untuk menjalankan diet yang telah diberikan dan memonitor asupan dan pola makan pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

  • Almatsier, S. 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama.
  • American Cancer Society. 2013. Breast Cancer http://www.cancer.org/acs/grups/cid/documents/webcontent/003090pdf.pdf
  • Bakta IM. 2007. Limfoma maligna. Hematologi klinik ringkas. Cetakan I. Jakarta: EGC;.p.192- 219.
  • Bristian B (2004): Nutritional Assessment. In: Cecil Textbook of Medicine 22nd ed editors : Goldman L, Ausiello D, Saunders Philadelphia, pp 1312 – 1315.
  • GLOBOCAN (2018). Cancer today. International Agency for Research on Cancer. https://gco.iarc.fr/ Goldman L, Ausiello D. Saunders Philadelphia, pp 1319 – 1322
  • Hoffbrand A.V. 2005. Limfoma maligna. Kapita Selekta Hematologi Edisi 4. Jakarta: EGC; 185-198.
  • Irtanto, Oky. 2012. Limfoma Non Hodgkin. FK.UMM: Surakarta
  • Ismail, Mohammed Yahya Mohammed., 2009, “ Drug – Food Interactions And Role Of Pharmacists “ Asian Journal Of Pharmaceutical And Clinical Research vol 2 No 4
  • Klein S (2004): Protein – Energy Malnutrition. In: Cecil Textbook of Medicine 22nd ed editors: Goldman L, Ausiello D. Saunders Philadelphia pp 1315 – 1318.
  • Reksodiputro AH, Irawan C. Limfoma Non Hodgkin. 2009.PAPDI; Jilid III. Interna Publishing. h:1251-61. Rombeau (2004): Enteral Nutrition. In: Cecil Textbook of Medicine 22nd ed editiors:
  • Setioyohadi, B. 2009. Limfona Non-Hodgkin. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Edisi V. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 1251-1260.
  • Xin H, Chen Zg, Huang L H. Ki-67 is a Valuable Prognostic Predictor oLymphoma but its Utility Varies in Lymphoma. BMC Cancer. 2014;14:120-53.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *